MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI
MALARIA

Disusun oleh : Rudianto
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur kami haturkan
atas
keridhoan Allah SWT, Tuhan yang telah
memberikan beragam nikmat-Nya kepada kita semua sehingga Alhamdulillah kami diberikan kelancaran dalam menulis makalah yang berjudul ”Malaria”
Tiada gading yang tak retak,
begitupun dalam penulisan makalah ini tentu terdapat banyak kesalahan baik
secara struktural penulisan maupun isi materi yang diuraikan didalamnya. Semua saran yang
konstruktif sangat saya harapkan demi
perbaikan penulisan pada masa yang akan datang.
Lubuklinggau, 22 April
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang ................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.3 Pemeriksaan
penunjang diagnostik malaria........................................................ 6
2.4 Etiologi .............................................................................................................. 6
2.5 Cara
Mencegah .................................................................................................. 7
2.6 Cara
Pengobatan .............................................................................................. 8
2.7 Prognosis............................................................................................................ 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
10
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit
malaria di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah
Indonesia bagian timur. Di daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk
yang berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah
endemis malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria
Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih
tinggi di daerah tersebut.
Malaria
merupakan penyakit global yang paling sering terjadi di daerah tropis, tetapi
penularannya juga dapat terjadi didaerah beriklim sedang. Pada abad ke-19 dan
ke-20 awal, spesies Plasmodium secara luas terdistribusi di Amerika. Distribusi
ini termasuk Amerika Serikat Selatan, Mississippi River Valley, dan Minnesota
dan Michigan. Sekarang, parasit Plasmodium menyebabkan lebih dari 100 juta
kasus malaria per tahun terutama didaerah tropis. Hasil yang diperkirakan dari
1-2.000.000 kematian per tahun, banyak dari mereka adalah anak-anak. Bahkan,
lebih besar dari 90% kejadian malaria mengancam jiwa anak-anak. Distribusi dari
vektor nyamuk dan prevalensi penyakit dalam suatu populasi merupakan factor
utama yang menentukan distribusi parasit Plasmodium. Daerah yang penuh dengan
nyamuk, seperti rawa-rawa, telah lama memiliki hubungan dengan tingginya angka
serangan malaria. Lingkungan yang mendukung seperti genangan air menyebabkan
munculnya sarang nyamuk. Saat ini, yang merupakan daerah endemik antara lain
Karibia, Amerika Selatan bagian utara, Amerika Tengah, Afrika, India,
Australia, Asia Tenggara, dan Asia kepulauan Pasifik. Malaria juga terjadi
secara sporadik di daerah non endemik, dalam banyak kasus berupa penyakit
laten. Penyakit malaria yang kambuh disebabkan oleh reaktivasi fase laten
hipnozoit P vivax dan P ovale (Wilson, 2001).
Dewasa
ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui, pemberantasan
vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkan dengan melakukan
pengobatan kepada mereka yang diduga menderita malaria atau pengobatan juga
sangat perlu diberikan pada penderita malaria yang terbukti positif secara
laboratorium. Dalam hal pemberantasan malaria selain dengan pengobatan langsung
juga sering dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah dan lingkungan sekeliling
rumah dengan racun serangga, untuk membunuh nyamuk dewasa upaya lain juga
dilakukan untuk memberantas larva nyamuk.
1.2
Tujuan
Tujuan
dalam pembuatan makalah tentang malaria meliputi dua bagian yaitu:
1.2.1
Tujuan umum :
-
Menambah wawasan tentang penyakit
malaria
-
Memberikan penjelasan pengertian,
etiologi, cara pencegahan dll
-
Menjadikan makalah ini sebagai sumber
referensi bacaan
1.2.2
Tujuan khusus :
-
Memenuhi salah satu tugas individu mata
kuliah Mikrobiologi dan parasitologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang
disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala
berupa demam, menggigil, anemia, dan splenomegali. Dapat berlangsung akut
ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun
mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis
infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang
menyebabkan babeosis.
Plasmodium
yang sering dijumpai adalah Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana
(Benign Malaria) dan Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika
(Malignan Malaria). Plasmodium malariae pernah juga dijuumpai pada suatu kasus,
tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkEan dijumpai di Irian
Jaya, pulau Timor, pulau Owi (utaraIrianJaya).
2.2.
Keluhan Dan Gejala
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas
penderita, tingginya transmisi infeksi malaria, berat atau ringannya infeksi
dipengaruhi oleh jenis Plasmodium (P. falciparum sering memberikan komplikasi),
daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut
dan bayi sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan
dan nutrisi, kemoprofilaktis dan pengobatan sebelumnya.
Ada 4 jenis plasmodium yaitu, P. vivax, merupakan
infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/vivax, P. falciparum,
memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas,
mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/falciparum, P.
malariae, cukup jarang namun dapat menimbulkan sindroma nefrotik dan
menyebabkan malaria kuartana/malariae dan P. ovale dijumpai pada daerah Afrika
dan Pasifik barat, memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh
spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale
a. Manifestasi
Umum Malaria
Malaria
mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia, dan splenomegali. Masa
inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Keluhan prodromal dapat
terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit
belakang, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan,
anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin Keluhan
prodromal sering terjadi pada P. vivax dan ovale, sedangkan pada P. falciparum
dan malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak. Gejala
yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan: periode dingin
(15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut
atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi
saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperature, diikuti dengan
periode demam: penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi
beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat; kemudian periode berkeringat:
penderita berkeringat banyak dan temperature turun, dan penderita merasa sehat.
Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi P. vivax, pada P. falciparum
menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas
berlangsung 12 jam pada P. falciparum, 36 jam pada P. vivax dan ovale, pada 60
jam pada P. malariae. Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi
malaria. Beberapa mekanisme terjadinya anemia ialah: pengrusakan eritrosit oleh
parasit, hambatan eritropoiesis sementara, hemolisis oleh karena proses
complemen mediated immune complex, eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran
retikulosit, dan pengaruh sitokin. Pembesaran limpa (splenomegali) sering
dijumpai pada penderita malaria, limfa akan teraba setelah 3 hari dari serangan
infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis. Limfa merupakan organ
yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria, penelitian pada
binatang percobaan limpa menghapuskan eritrosit yang terinfeksi melalui
perubahan metabolisme, antigenic dan rheological dari eritrosit yang terinfeksi.
b.
Manifestasi
Klinik Malaria Non Falciparum
1.Manifestasi Klinis
Malaria Tertiana/M. Vivax atau M.
Benigna Inkubasi 12-17
hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari. Pada hari-hari pertama panas
irregular, kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat tersebut perasaan
dingin atau menggigil jarang terjadi. pada akhir minggu tipe panas menjadi
intermiten dan periodic setiap 48 jam dengan gejala klasik Trias Malaria.
Serangan paroksismal biasanya terjadi pada waktu sore hari. Kepadatan parasit
mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari. Pada minggu kedua limpa mulai teraba.
Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih mebesar dan panas masih
berlangsung, pada akhir minggu ke-5 panas mulai turun secara krisis. Pada
malaria vivax manifestasi klinik dapat berlangsung secara berat tetapi kurang
membahayakan. Limpa dapat membesar sampai derajat 4 atau 5 (ukuran Hackett).
Malaria serebral jarang terjadi. Edema tungkai disebabkan karena
hipoalbuminemia. Mortalitas malaria vivax rendah tetapi morbiditas tinggi
karena seringnya terjadi relapse. Pada penderita yang seimune perlangsungan
malaria vivax tidak spessifik dan ringan saja; parasitemia hanya rendah;
serangan demam hanya pendek dan penyembuhan lebih cepat. Reistensi terhadap
kloroquin pada malaria vivax juga dilaporkan di Irian Jaya dan didaerah
lainnya. Relapse sering terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang tertinggal
di hati pada saat status imun menurun.
2.Manifestasi Klinis
Malaria Malariae/M. Quartana M.
Malaria
banyak dijumpai didaerah Afrika, Amerika Latin, sebagian Asia. Penyebarannya
tidak seluas P. vivax dan P. falciparum. Masa inkubasi 18-40 hari. Manifestasi
klinik seperti pada malaria vivax hanya berlangsung lebih ringan. Anemia jarang
terjadi, splenomegali sering dijumpai walaupun pembesaran ringan. Serangan
paroksismal terjadi tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu sore dan parasitemia
sangat rendah <1%.
Komplikasi
jarang terjadi, syndrome nefrotik dilaporkan pada infeksi Plasmodium malariae
pada anak-anak Afrika. Diduga komplikasi ginjal disebabkan oleh karena deposit
kompleks immune pada glomerolus ginjal. Hal ini terbukti dengan adanya
peningkatan Ig M bersama peningkatan titer antibodinya. Pada pemeriksaan dapat
dijumpai edema, esites, proteinuria yang banyak, hipoproteinemia tanpa uremia
dan hipertensi. Keadaan ini prognosisnya jelek. Respon terhadap pengobatan
antimalaria tidak menolong, diet dengan kurang garam dan tinggi protein, dan
diuretic boleh dicoba, steroid tidak berguna.
3.
Manifestasi Klinis Malaria Ovale
Merupakan
bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria. Masa inkubasi 11-16 hari,
serangan paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari 10 kali
walaupun tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain,
maka P.ovale tidak akan tampak di darah tepi tetapi plasmodium yang lain yang
akan ditemukan. Gejala klinis hamper sama dengan malaria vivax, lebih ringan,
pouncak panas lebih rendah dan perlangsungan lebih pendek, dan dapat sembuh
spontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil jarang terjadi dan splenomegali
jarang sampai dapat diraba.
Manifestasi
Malaria Tropika atau M. Falciparum
Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat diitandai dengan
panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia sering dijumpai, dan
sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika mempunyai
perlangsungan yang cepat dan parasitemia yang tinggi dan menyerang semua bentuk
eritrosit. Gejala prodromal yang sering dijumpai yaitu sakit kepala, nyeri
belakang atau tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah, dan diare. Parasit
sulit ditemui pada penderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya
ireguler dan tidak periodic, sering terjadi hiperpireksia dengan temperature di
atas 40oC. gejala lain berupa konvulsi, pneumonia aspirasi dan banyak keringat
walaupun temperature normal. Apabila infeksi memberat nadi cepat, nausea,
muntah, diare menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk). Splenomegali
dijumpai lebih sering dari hepatomegali dan nyeri pada perabaan; dan hati
membesar dapat disertai timbulnya ikterus. Kelainan urin dapat berupa
albuminuria hialin dan Kristal yang granuler. Anemia lebih menonjol dengan
leucopenia dan monositosis ( Sudoyo 2006 )
2.3 Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Malaria
Diagnosa malaria sering
memerlukan anamnesa yang teppat tentang asal penderita apakah dari daerah
endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riwayat pengobatan
kuratif maupun preventif.
A. Pemeriksaan Tetes Darah untuk Malaria
Pemeriksaan
mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting
untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatik tidak
menyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil
negative, maka diagnose malaria dapat dikesampingan adapun pemeriksaan darah
tepi dapat dilakukan melalui ;
1.
Tetesan preparat darah tebal
2.
Tetesan darah tipis
3.
Tes antigen: P-F test
4.
Tes serologi
5.
Pemeriksaan PCR ( Polimerase Chain Reaction )
Pemeriksaan
ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup
cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru
dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin. Yaitu
pemeriksaan ELISA (enzyme-linked
immunosorbent assay)
2.4 Etiologi
Penyebab
infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi malaria juga
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptile dan mamalia. Termasuk
genus Plasmodium dari family plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia
menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual
dijaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk
yaitu Anopheles betina. Nyamuk ini biasanya akan menggigit mulai pukul 18.00
sampai pukul 06.00.
Klasifikasi Ilmiah
Plasmodium
Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : P. falcifarum, P. ovale, P. malariae, P. vivax, dll
Klasifikasi Ilmiah Nyamuk Anopheles
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Superfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Subfamili : Anophelinae
Genus : Anopheles
Kingdom : Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : P. falcifarum, P. ovale, P. malariae, P. vivax, dll
Klasifikasi Ilmiah Nyamuk Anopheles
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Superfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Subfamili : Anophelinae
Genus : Anopheles
2.5
Cara Mencegah
Pemahaman
tentang kebiasaan dan perilaku nyamuk Anopheles betina sanat berguna dalam
pencegahan penyakit. Tempat-tempat rawa dan lingkungan mikro yang tenang dapat
mendukung perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Menghindari tempat yang dipenuhi
nyamuk dan membersihkan tempat perindukan dapat mengurangi kemungkinan gigitan
nyamuk.
Tindakan
pencegahan untuk mengindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara:
1.
Tidur dengan kelambu, sebaiknya
dengan kelambu impregnated (dicelup peptisida: pemethrin atau deltamethrin)
2.
Menggunakan obat pembunuh nyamuk
(mosquitoes repellents): gosok, spray, asap, elektrik
3.
Mencegah berada di alam bebas
dimana nyamuk dapat menggigit atau harus memakai proteksi (baju lengan
panjjang, kaos atau stocking). Nyamuk akan menggigit diantara jam 18.00 –
06.00. nyamuk jarang pada ketinggian di atas 2000 meter.
4.
Memproteksi tempat tinggal atau
kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti-nyamuk
Vaksinasi
terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal yang menyulitkan adalah
banyaknya antigen yang terdapat pada plasmodium selain pada masing-masing
bentuk stadium pada daur plasmodium, yang paling berbahaya adalah P. falciparum
sekarang baru diitujukan pada pembuatan vaksin untuk proteksi terhadap P.
falciparum. Pada dasarnya ada 3 jenis vaksin yang dikembangkan yaitu vaksin
sporozoit (bentuk intrahepatik),
vaksin
terhadap bentuk aseksual dan vaksin transmission working untuk melawan bentuk
gametosit. Vaksin dalam bentuk aseksual yang pernah dicoba ialah SPF-66 atau
yang dikenal sebagai vaksin Patarroyo, yang pada penelitian akhir-akhir ini
tidak dapat dibuktikan manfaatnya.
2.6 Cara Pengobatan
2.6 Cara Pengobatan
Dalam
pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif sangat penting
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin merupakan obat anti
malaria yang efektif terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap klorokuin.
Keuntungannya tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan.
Namun, dengan meluasnya resistensi terhadap klorokuin, maka obat ini sudah
jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat. Kona merupakan obat anti-malaria
yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium dan dipilih sebagai obat utama
untuk menangani malaria berat karena masih berefek kuat terhadap P.falciparum
yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun kina dapat digunakan pada masa
kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan kontribusi
untuk hipoglikemia ( Wilson 2001 )
2.7 Prognosis
Pada infeksi
malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada malaria
berat, tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnose dan
penanganan yang tepat. Walaupun demikian mortalitas penderita malaria berat di
dunia masih cukup tinggi antara 15%-60% tergantung fasilitas pemberi pelayanan.
Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti dengan peningkatan mortalitas,
misalnya penderita dengan malaria serebral dengan hipoglikemi, peningkatan
kreatinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi dari pada
malaria serebral saja.
Prognosis untuk
malaria nonfallciparum secara umum baik pada penderita yang responsive untuk
melakukan terapi. Relaps P. ovale dan P. vivax dapat dihindari dengan terapi
yang sesuai. P. malariae dapat ditangani dengan terapi yang baik sehingga tidak
ada kontribusi untuk menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Prognosis malaria
falciparum, terutama untuk nonimun perlu berhati-hati. Kerusakan organ secara
multisystem dapat meningkatkan angka morbilitas dan mortalitasyang tinggi (
Wilson 2001 )
BAB III
PENUTUP
3.I Kesimpulan
1. Malaria adalah penyakit infeksi
parasit yang disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
2.
Penyebab
infeksi malaria ialah plasmodium. ada 4 jenis plasmodium penyebab penyakit
malaria yaitu Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana (Benign
Malaria) dan Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Malignan
Malaria). Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.
3. Dalam menginfeksi manusia,
plasmodium membutuhkan vector yaitu nyamuk Anopheles.
4. Gejala klasik yang ditimbulkan
yaitu Trias Malaria, yang memiliki 3 stadium yaitu stadium diingin, stadium
demam, dan stadium berkeringat.
5. Manifestasi klinik malaria
tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi malaria, berat
atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis Plasmodium.
6. Pemeriksaan penunjang diagnostik
dapat menggunakan PCR dan ELISA
7.
Pengobatan
dapat dilakuukan dengan terapi dan perawatan suportif. Terjadinya komplikasi
menyebabkan tingginya angka kesakitan dan angka kematian.
8.
Dapat
dilakukan dengan mengontrol vector dan perlindungan terhadap tubuh dari gigitan
nyamuk.
9.
Prognosis
baik untuk malaria non falciparum
DAFTAR PUSTAKA
Cross,
C. 2004. The Life Cycle of Anopheles Mosquitoes.
http://malaria.welcoome.ac.uk/mosquito. diakses pada tanggal 28 Mei 2010.
Sudoyo, A. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta.
Wilson, R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. The McGraw – Hill Companies, Inc united states of America.
http://en.wikipedia.org/wiki/anopheles
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/lifecycleofmalaria
Sudoyo, A. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta.
Wilson, R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. The McGraw – Hill Companies, Inc united states of America.
http://en.wikipedia.org/wiki/anopheles
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/lifecycleofmalaria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar