Kamis, 31 Oktober 2013

“SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA”
Pelayanan keperawatan sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pelayanan kesehatan secara keseluruhan sudah dikenal jauh sebelum kemerdekaan bahkan sudah lama dikenal di dunia. Sejarah perkembangan keperawatan dapat dilihat dari dua tinjauan : pertama, ditinjau dari perkembangan keperawatan di dunia dan kedua, perkembangan keperawatan di Indonesia.
A.   Sejarah Perkembangan Keperawatan di Dunia
Perkembangan keperawatan di dunia dapat diawali sejak zaman manusia itu diciptakan (manusia itu ada) di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri untuk merawat diri sendiri sebagai contoh Seorang Ibu mempunyai naluri keperawatan terhadap anaknya dengan menyusui istilah ini disebut juga mother instinct. Adapun perkembangan Keperawatan meliputi :
1.    Zaman Purba
Paham animisme tentang Kekuatan Mistik mempengaruhi kehidupan manusia dizaman purba dimana paham ini manusia meyakini sebuah penyakit disebabkan oleh Kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib. “Jiwa yang baik membawa kesehatan, jiwa yang jahat membawa kesakitan dan kematian” (Calor, Taylor, Lilis dan lemone, 1997). Pada zaman ini peran tabib dan perawat jelas berbeda, tabib adalah medicineman yang mengobati penyakit dengan cara melantunkan lagu, mantra dan sebagainya (Dolan, Fitzpatrick dan Herman, 1983). Dan peran perawat biasanya ditunjukan oleh Ibu yang merawat familinya sewaktu sakit dengan memberi perawatan fisik dan memberi obat dari tumbuh-tumbuhan, peran ini diteruskan sampai sekarang.
2.    Sejarah Perkembangan Keperawatan Islam
Masa sejarah perkembangan islam dalam keperawatan di Arab Saudi khususnya, dan negara-negara di Timur Tengah umumnya. Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejarah perkembangan keperawatan di masa Islam dan di Arab Saudi khususnya:
  Masa penyebaran Islam/ The Islamic Period (570-632)
Dokumen tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M sangat sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan gambaran tentang keperawatan di masa ini. Sistem kedokteran masa lalu yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan.Hanya sedikit sekali literature tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asalmiya (Siti Rufaidah adalah perawat profesional Islam pertama dalam sejarah Islam. Rufaidah binti Sa’ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar (golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang dokter, dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai.)
Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku’ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka’ab Al Maziniyat
  Masa Setelah Nabi/Post-Prophertic Era (632-1000)
Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy, 1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran di masa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis karangan tentang “The Reason Why Persons and The Common People Leave a Physician Evev If He Is Clever” dan “A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseasis, for That is Not Within the Realm of Possibility”. Di masa ini ada perawat di beri nama “Al Asiyah” dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberikan makanan, memberikan obat dan rehidrasi.
  Masa Late to Middle Ages (1000-1500)
Di masa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan antar ruang pasien laki-laki dan perempuan, serta perawat wanita merawat pasien wanita, dan perawat laki-laki merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004)
  Masa Modern (1500-sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development
Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina)yang masuk dan bekerja di RS di negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003)2).
3.    Permulaan Abad XVI
Struktur dan orientasi masyarakat berubah dari orientasi keagamaan menjadi orientasi pada kekuasaan, yaitu perang, eksplorasikekayaan alam, serta perkembangan pengetahuan. Akibatnya banyak gereja dan tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh ordo-ordo keagamaan untuk merawat orang sakit. Kondisi ini sangatberpengaruh terhadap perkembangan keperawatan. Untuk memenuhi kebutuhan perawat, wanita yang pernah melakukan kejahatan dan telah berobat dapat diterima bekerja sebagai perawat. Akibat reputasi yang jelek ini, perawat menerima gaji yang rendah dengan jam kerja lama pada kondisi yang buruk (Taylor C.,dkk, 1989)
4.    Zaman sebelum Perang Dunia II
Florence Nightingale (1820-1910) merupakan tokoh pembaharu perawatan pada saat itu dan bahkan sering disebut Ibu Perawatan. Padawaktu itu, Florence Nightingale sudah menyadari pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para calon perawat, agar dapat diberikanpengetahuan, keterampilan dan pembinaan mental sehingga dihasilkantenaga perawatan yang berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampildalam melaksanakan perawatan. Beliau menetapkan struktur dasar sebagai prasyarat dalam pendidikan perawat :
a)    Mendirikan sekolah perawat.
b)    Menentukan tujuan pendidikan perawat
c)    Menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki para calon sebagai dasar  perawatan.
Di samping itu, Florence Nightingale telah berpendapat bahwa.
a)    Perlu persiapan pendidikan  yang   berlainan  bagi   perawat   pelaksana dan perawat administrator atau supervisor.
b)    Perlu diperhatikan bahwa   harus   ada  perubahan   tentang   jam   kerja perawat yang waktu itu  berlangsung   12   jam/hari dan 7 hari / minggu.
c)    Perlu diperhatikan peningkatan pendapatan perawat setiap 6 bulan, mengingatbeban dan tanggung jawab mereka.
Namun, secara menyeluruh perkembangan perawat dari zaman Florence Nightingale sampai pecah perang dunia II dinilai sangat kecilatau hampir tidak ada perubahan. Oleh Karena itu, masa ini sering disebutsebagai masa pemeliharaan.
5.    Masa selama Perang Dunia II
Masa selama Perang Dunia II ini tekanan bagi dunia pengetahuan dalam penerapan teknologi akibat penderitaan panjang sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.
6.    Masa Pasca Perang Dunia II
Akibat Perang dunia II yang mengakibatkan banyaknyapenderitaan bagi penduduk dunia telah menggugah semua pihak untuk memperbaiki keadaan dunia. Dasar pemikiran semula, “the nurse must  give total patient care” dalam arti sempit telah berkembang, dalam artiluas perawat lebih menyadari atas makna totality of the individual client dari sebelumnya. Oleh karena itu terjadi perubahan dari perawat bekerjasendiri menjadi bekerja team.
Dalam dekade ini telah dilancarkan perjuangan untuk pengakuan keperawatan sebagai profesi. Lucille Brown (1948) menulis sebuahlaporan tentang pengakuan perawat sebagai profesi merupakan titik tolak yang besar untuk kehidupan perawat dan profesi perawat. Iamemperhatikan penghargaan pada perawat dalam kaitannya dengantanggung jawab sebagai penyelenggara pelayanan perawatan yangbermutu. Untuk itu disadari perlunya suatu pengelolaan pelayanankeperwatan yang baik untuk menjamin mutu dan sekaligus tersedia alatevaluasi keperawatan tersebut
7.    Periode tahun 1950
Pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan khususnya penataan pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di negara Amerika sudah dimulai pendidikan setingkat master dan doktoral. Kemudian penerapan proses keperawatan sudah mulai dikembangkan dengan memberikan sis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B.   Sejarah Perkembangan Keperawatan
1.     Keperawatan Di Indonesia
A.  Zaman kuno
Tak ada tulisan mengenai keperawatan di Indonesia. Keperawatan diserahkan kepada wanita untuk merawat keluarga sendiri Dan selama berabad abad ada kepercayaan penyakit disebabkan oleh gangguan setan. Dimana Obat berasal dari tumbuh tumbuhan, beras dibakar sampai hitam (Norit), Buah jarak (minyak kastroli) untuk cuci perut, daun kumis kucing untuk sakit pinggang. Sedangkan Dukun, lelaki tua yang disegani, turun temurun, pengobatan dengan air doa, telur ayam yang didoakan.
B.  Zaman Purbakala (Primitif)
Melalui kepercayaan apa yang ada dibumi memiliki kekuatan mistik (Spiritual)  dan  mempengaruhi kehidupan manusia. Sakit timbul karena ada kekuatan gaib dimana batu besar, pohon besar, gunung dll dipercayai dapat menyembuhkannya.
C.  Pertengahan Abad VI Masehi
Keperawatan berkembang diasia seiring dengan perkembangan Islam (Pesatnya IPTEK di zajirah arab)  I.kimia,Alam,Biologi, obat obatan. Mulai dikenal personal higiene, kebersihan makanan, air & Lingkungan dibawa ke Indonesia.
D.  Masa Pemerintahan Belanda
Perawat berasal dari pribumi (Velpleger) diabantu penjaga orang sakit (Zieken Oppaser). Perawat bekerja memelihara kesehatan tentara belanda, VOC membentuk Dinas kesehatan rakyat sudah mulai dilakukan upaya preventif (pencacaran) dan Membenahi tatacara asuhan pasien gangguan jiwa  serta Memperbaiki perawatan para tahanan.
Pada tahun 1906 RS PGI Cikini menyelenggarana pendidikan juru rawat, disusul oleh RSCM pada tahu 1912. Tahun 1942-1945 terjadi kedatangan jepang ke Indonesia dalam kemunduran perkembangan keperawatan di Indonesia. Para pimpinan RS & keperawatan di ambil alih orang jepang, perawat tidak dididik, obat obatan sangat kurang, penyakit mewabah dimana mana, verban sangat kurang diganti dengan pelepah pisang/kain bekas. Tahun 1949 RS. & balai pengobatan mulai dibangun
}  1952 sekolah perawat mulai didirikan, demikian pula pendidikan guru perawat di Bandung
}  1962 Keperawatan profesional mulai dikembangkan à Akper Depkes Jakarta,Bandung, Makassar, Palembang  à227 buah sampai tahun 1996
Profesionalisasi Keperawatan
1.   Tahun 1983 ditetapkannya definisi, peran, fungsi perawat di Indonesia
2.   Tahun 1985  PSIK di UI Jakarta sebagai embrio kebangkitan perawat yang dididik di Universitas
3.   Kemitraan dengan para dokter mulai dibangun dengan adanya kesejajaran tingkat pendidikan
4.   Iptek mulai berkembang dengan bertambahnya pendidikan tinggi keperawatan baik Akademi, Politeknik maupun Stikes dan Universitas terkemuka di Indonesia
5.   Sejak tahun 1983  PPNI mulai menata diri & mengawal profesionalisasi keperawatan di Indonesia
6.   Menata Pendidikan, Pelayanan, Organisasi sendiri Era Profesionalisasi Keperawatan
Tahun 2000 an Seluruh Indonesia telah memiliki Pendidikan tinggi keperawatan. Program Magister, Spesialis dan Doktor Ilmu keperawatan telah dikembangkan di Universitas Indonesia. Keperawatan sebagai ilmu telah diakui. Saat ini Depkes mengembangkan pendidikan vokasional keperawatan mulai dari Sarjana Sains Terapan, magister sain terapan, Doktor sain terapan pada Institut Tenaga Kesehatan pada tahu 2013 mendatang. kita adalah Generasi penerus keperawatan. Sebagai Perawat Profesional yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, bangsa , Negara maupun kebutuhan Global.
2.     KEPERAWATAN DI INGGERIS
Inggeris Menjadi Pusat Perhatian keperawatan F.Nigtingale, Th.1860 Inggeris mendirikan pendidikan keperawatan di London Hospital. FN  Mendirikan Pendidikan keperawatan di RS.St.Thomas, Lulusan dari RS.St.Thomas, FN memiliki keterampilan, Pengetahuan, manajemen keperawatan yang tinggi mengembangkan keperawatan di Amerika, Australia, Canada.  Ethel Cordon Manson adalah Wanita lulusan Pendidikan Keperawatan FN di Inggeris, dia  wanita kaya raya keturunan bangsawan Inggeris  Sukses dalam manajemen keperawatan di London Hospital. Tahun 1881 Ethel Cordon Manson menjabat Direktur RS.St. Barthelemous  Dia berhasil mereformasi tenaga keperawatan dari yang tidak melalui pendidikan sampai tenaga keperawatan yang terdidik. Tahun 1887 Ethel C Manson telah Membentuk Himpunan Perawat Nasional Inggeris & Himpunan Perawat Internasional ( National and International Council Of Nurses). Tahun yang sama  Council Of Nurses Of Great Britain. Dan 1893 Ethel C Manson Menerbitkan majalah keperawatan (Nursing Time)  berubah menjadi Britis Of Journal Of Nursing majalah resmi Himpunan Perawat Inggeris. Sedangkan pada tahun 1894 Himpunan Head Nurse & Pendidikan Keperawatan Jiwa.
PENUTUP
            Keperawatan dalam arti merawat orang sakit sudah dikenal sejak zaman purba, dalam perkembangannya keperawatan mengalami beberapa pergeseran pandagan, yaitu yang diawali dari pandangan keperawatan sebagai pelayanan vokasional dan hanya perpanjangan tangan tenaga medis kepada keperawatan sebagai pelayanan profesional.
            Keperawatan sebagai profesi di Indonesia mulai di sadari pada awal tahun 1983 yaitu setelah disepakatinya keperawatan berada pada jenjang pendidikan tinggi. Sejak tahun itulah terjadi proses profesionalisasi di bidang keperawatan yang berlangsung sampai sekarang. Keperawatan sebagai suatu profesi saati ini sudah semakin jelas, hal ini dapat dilihat dari perkembangan pendidikan tinggi keperawatan, perkembangan konsep da perangkat hukum yang mengatur tentang praktik keperawatan profesional hingga saat ini belum dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat luas.

KAMPUS PUTIH II























KAMPUS PUTIH
















MAKALAH PSIKOLOGI " SIKAP, MOTIVASI, DAN KONSEP DIRI "



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or holding the body, and Way of feeling, thinking or behaving”. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Selain itu, sikap atau attitude adalah suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. Pembahasan yang berkaitan dengan psikologi (sosial) hampir selalu menyertakan unsur sikap baik sikap individu maupun sikap kelompok sebagai salah satu bagian pembahasannya. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, prose terbentuknya sikap, maupun proses perubahannya. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap untuk mengetahui efek dan perannya baik sebagai variabel bebas maupun sikap sebagai variabel tergantung. Terdapat beberapa teori tentang sikap (Mann, 1969; Secord and Backman, 1964) antara lain adalah teori keseimbangan (balance theory) oleh Heyder; teori disonansi kognitif (cognitive dissonance) yang dikemukakan oleh Festinger maupun teori afektif-kognitif dari Rossenberg, serta beberapa teori lain.
Di samping teori-teori tersebut di atas, kemudian dikembangkanlah theory of reasoned action yang relatif baru yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein (1980). Teori ini lebih menekankan pada proses kognitif serta menganggap bahwa manusia adalah makhluk dengan daya nalar dalam memutuskan perilaku apa yang akan diambilnya, yang secara sistematis memanfaatkan informasi yang tersedia di sekitarnya. Suatu sikap menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi dan proses kognitif kepada suatu aspek, Lebih lanjut sikap adalah cara kita berpikir, merasa dan bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail, program televisi atau produk. Sikap menuntun orang untuk berperilaku relatif konsisten terhadap objek yang sama. Motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri.
1.2  Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah tentang
1.2.1                    Tujuan umum :
-       Memberikan penjelasan tentang pengertian Sikap, Motivasi, dan Konsep Diri
-       Menjadikan makalah ini sebagai sumber referensi bacaan
1.2.2             Tujuan khusus :
-          Memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah Psikologi














BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sikap, Motivasi, dan Konsep Diri
A. Sikap
Kata sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or holding the body, and Way of feeling, thinking or behaving”. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Berikut ini adalah pengertian sikap dari beberapa para ahli antara lain :
1.      Menurut Thomas (1918) dan Znanieck (1974), sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu. Konsep sikap sebenarnya pertama kali diangkat ke dalam bahasan ilmu sosial pertama kali oleh Thomas, sosiolog yang banyak menelaah kehidupan dan perubahan sosial, yang menulis buku Polish Peasant in Europe and America: Monograph of an Immigrant Group yang merupakan hasil riset yang dilakukannya bersama Znanieck. Dalam buku tersebut, Thomas dan Znaniecki membahas informasi sosiologi dari kedua sudut individualistik dan subjektivistik. Menurut pandangan mereka dua hal yang harus diperhitungkan pada saat membahas kehidupan dan perubahan sosial adalah sikap individu dan budaya objektif (objective cultural).
2.      Menurut Allport (1935), sikap adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon-respon individu terhadap semua objek dan situasi yang terkait.
3.      Menurut Krech & Crutchfield, sikap adalah pengorganisasian yang relatif berlangsung lama dari proses motivasi, persepsi dan kognitif yang relatif menetap pada diri individu dalam berhubungan dengan aspek kehidupannya. Sikap individu ini dapat diketahui dari beberapa proses motivasi, emosi, persepsi dan proses kognitif yang terjadi pada diri individu secara konsisten dalam berhubungan dengan obyek sikap.

Konsistensi ini sangat ditekankan oleh Campbel (1950, p. 31) yang mengemukakan bahwa sikap adalah “A syndrome of response consistency with regard to social objects”. Artinya, sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap objek sosial. Penekanan konsistensi respon ini memberikan muatan emosional pada definisi yang dikemukakan Campbell tersebut. Sikap tidak hanya kecenderungan merespon yang diperoleh dari pengalaman tetapi sikap respon tersebut harus konsisten. Pengalaman memberikan kesempatan pada individu untuk belajar. Definisi di atas nampaknya konsisten menempatkan sikap sebagai predisposisi atau tendensi yang menentukan respon individu terhadap suatu objek. Predisposisi atau tendensi ini diperoleh individu dari proses belajar, sedangkan objek sikap dapat berupa benda, situasi, dan orang.

B. Motivasi
Kata motivasi berasal dari Bahasa Inggris adalah “Motivation”. Perkataan asalnya ialah “Motive” yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu atau Bahasa Malaysia kepada “Motif” yang artinya tujuan. Jadi, motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau mengarahkan tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya secara negatif atau positif untuk mencapai tujuannya. Selain itu, ada tiga elemen utama dalam motivasi antara lain : intensitas, arah, dan ketekunan. Pengertian motivasi menurut beberapa ahli :
  1. Menurut Cropley (1985), Motivasi dapat dijelaskan sebagai “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”
  2. Menurut Wlodkowski (1985) menjelaskan, motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme (teori belajar dan percaya bahwa semua perilaku yang diperoleh sebagai hasil dari pengkondisian).
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu :
a.       Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Moslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan yakni, kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa man,  kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan diri, dan kebutuhan aktualisasi.
b.      Dorongan
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
c.       Tujuan
Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Interaksi kekuatan mental dan pengaruh dari luar ditentukan oleh responden prakarsa pribadi pelaku.

C.  Konsep Diri
Staines (dalam Burns, 1993) mengatakan bahwa konsep diri memiliki peranan penting dalam terbentuknya pola kepribadian seseorang, karena konsep diri merupakan inti pola kepribadian; konsep ini mempengaruhi berbagai sifat dalam diri seseorang. Lebih lanjut dikatakan oleh Staines (dalam Ismail, 2001), konsep diri memiliki beberapa komponen utama, yaitu :
a.       Diri yang dikognisikan atau diri yang dasar, yaitu pandangan yang digambarkan oleh inidvidu tentang diri sendiri; pemikiran atau persepsi individu mengenai kemampuan, status, dan peranan individu dalam berhubungan dengan dunia luar;
b.      Diri yang lain atau diri sosial, pandangan atau penilaian tentang diri sendiri yang didasarkan pada penilaian orang-orang yang dihormati atau lingkungan sekitar yang memiliki pengaruh besar terhadap diri individu yang diperoleh melaui interaksi sosial individu dengan orang lain.
c.       Diri yang ideal, seperangkat interpretasi individu saat sedang mengungkapkan keinginan atau aspirasi yang bersifat pribadi, sebagaian besar berupa keinginan dan sebagian lagi merupakan keharusan-keharusan, atau yang disebut sebagai perangkat ambisi-ambisi yang mengarah pada suatu yaitu gambaran diri yang ideal dan dipahami oleh individu sebagai dirinya sendiri.
Hurlock (dalam Ismail, 2001), membagi komponen konsep diri menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :
a.       Konsep diri yang sebenarnya; yaitu konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini ditentukan oleh peran dan hubungan dengan orang lain berdasarkan penilaian dan reaksi dari orang lain sehingga individu akan memahami tentang dirinya, apakah dipandang baik atau buruk.
b.      Konsep diri ideal; yaitu merupakan gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakan; gambaran pribadi tersebut diharapkan menjadi pribadi yang seseuai dengan diri individu meskipun terdapat kemungkinan tidak memiliki hubungan dengan realitas sama sekali.
Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam proses terbentuknya konsep diri seseorang, evaluasi dan penilaian orang lain sangat mempengaruhi terbentuknya pandangan atau penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Di samping itu, dalam diri individu terdapat konsep diri yang ideal atau gambaran diri yang sesungguhnya didambakan oleh individu. Artinya, konsep diri yang ideal ini sangat berpengaruh dalam diri individu, karena bila reaksi lingkungan memiliki intensitas yang tinggi, maka akan semakin kuat pula konsep diri tersebut. Sebaliknya bila reaksi lingkungan menjadi lemah, maka akan semkin berkurang atau lemah konsep diri tersebut.

D.    Pembentukan Sikap
Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 1995). Loudon dan Bitta (1984) menulis bahwa sumber pembentuk sikap ada empat, yakni pengalaman pribadi, interaksi dengan orang lain atau kelompok , pengaruh media massa dan pengaruh dari figur yang dianggap penting. Swastha dan Handoko (1982) menambahkan bahwa tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan tingkat pendidikan ikut mempengaruhi pembentukan sikap.
Dari beberapa pendapat di atas, Azwar (1995) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.
a.       Pengalaman Pribadi
Middlebrook (dalam Azwar, 1995) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama membekas.
b.      Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari kosumen
c.       Pengaruh kebudayaan
Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhan dalam Azwar, 1995). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.
d.      Media massa
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e.       Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembag pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.
f.       Faktor emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran prustrasi atau pengalihan bentuk mekamisme pertahanan
ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu prustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari penulisan diatas dapat disimpulkan bahwa melalui sikap, motivasi, dan konsep diri, kita dapat memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan yang tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya. Menurut Thomas & Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Sikap mewakili apa yang disukai maupun tidak disukai oleh seseorang. Sikap seorang konsumen mendorong konsumen untuk melakukan pemilihan terhadap beberapa produk. Sehingga sikap terkadang diukur dalam bentuk preferensi atau pilihan konsumen.







Daftar Pustaka
·         Engel, James F. et.al. 1995. Perilaku Konsumen, Binarupa Aksara. Jakarta.
Setiadi, Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta : Kencana.
Winardi.1999. Marketing dan Perilaku Konsumen. Mandar Madju, Jakarta.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2252775-pembentukan-persepsi-dan-faktor-faktor/#ixzz2CeMuRdTR